Jangan Izinkan Meredup! Biarkan Kenangan Tetap Terbakar di Atas Bara Prosa

Berlari, bersembunyi dan menyimpan angkara atas tragedi masa lalu barangkali adalah cara paling mudah untuk melupakan segala kengerian yang ditimbulkannya. Tanpa kami sadari, ternyata ada cara lain untuk mencapai ketenangan dari ributnya ombak sejarah: ialah berdamai dan membiarkannya tetap menyala dalam kabut ambiguitas masa depan.

Meski kehilangan seorang yang kami cintai adalah sesuatu yang amat berat, tapi hidup tak menoleransi sedikitpun kesedihan yang muncul karenanya. Kami harus tetap berjuang, bertahan, melawan dan menerjang kabut yang dapat membuat kami jatuh pada jurang yang paling dalam.

Fakta bahwa kami harus tetap menerpa badai kegelapan yang tengah gagah berdiri untuk menyambut kami, membuat kami melakukan hal yang sama; kami takkan menoleransi sedikitpun ketakutan dan keraguan saat kami langkahkan ujung ibu jari kaki kami.

Kini kami sepakat. Setelah melalui banyak kesialan dan kerugian saat mencoba lari dari hantu masa lalu, dengan kepala jernih dan ikhlas yang teramat dahsyat, kami bersepakat untuk memaknai anteseden sebagai pembentuk identitas kami hari ini.

Sebab kehilangan selalu datang begitu cepat. Menyergap dan menyeruak secara tiba-tiba. Memburu mereka di balik tirai gelap. Tak ada kata lengah dalam menghadapi peristiwa. Kelengahan hanyalah sanggahan atas segala upaya melawan takdir. Maka kami berjanji pada pemberi takdir untuk tetap bertahan, melawan dan menyelesaikan setiap keputusasaan-keputusasaaan yang konsisten menemani jejak langkah kami.

Sekali lagi: Kami takkan membiarkan untuk mengalami kesedihan yang berlarut saat mengalami kehilangan seorang. Maka jangan izinkan segalanya meredup! Kini biar kami bakar kembali semua kenangan busuk menjadi sebuah prosa yang mampu menuntun dan menerangi jalan berkabut di depan mata kami.