Sejak aku tahu bahwa ibu kami diam-diam mencurahkan air mata yang deras di balik pintu kamarnya, dunia rasanya akan segera runtuh. Aku begitu tidak berdaya. Aku telah menjadi seorang anak yang gagal dalam segala aspek. Bahkan untuk menahan laju air matanya yang deras.
Cak Rusdi dengan piawai dan semangat yang tinggi tetap berusaha menulis meskipun tangan kiri memegang gawai sementara jempol tangan kanan mengetik. Semacam ada gairah hidup yang masih tetap menggebu di ujung senjakalanya.
Kepada ia yang telah menanamkan benih pantang menyerah, tanggung jawab, disiplin dan semangat anti-keserakahan, hormat kami berikan. Akan kami lanjutkan tongkat estafet ini, meski badai telah menanti di garis depan.